Kebakaran merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi pada hutan rawa gambut. Akibat dari kebakaran yang terjadi adalah hilangnya vegetasi hutan yang berdampak pada rusaknya hutan dan membuat sumber keanekaragaman hayati di area hutan tersebut menghilang. Untuk kembali memulihkan lahan gambut yang mengalami kebakaran, maka perlu dilakukan restorasi dengan melakukan kegiatan penanaman kembali. Kegiatan restorasi pada area lahan gambut sebagai usaha untuk mengembalikan ekosistemnya dapat dilakukan dengan memilih bibit tanaman asli rawa gambut.
Salah satu bibit restorasi yang dapat dikatakan bandel di segala kondisi adalah balangeran (Shorea balangeran). Balangeran cocok untuk menghadapi gempuran cuaca panas maupun genangan air. Spesies pohon dari famili Dipterocarpaceae ini tersebar dari mulai Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah (Martawijaya et al., 1989).
Balangeran (blangiran) merupakan salah satu tumbuhan pionir penyusun vegetasi hutan rawa gambut. Balangeran dapat tumbuh pada area yang terdegradasi ataupun bekas terbakar. Tanaman ini juga cukup tahan terhadap api, sehingga menjadikan balangeran tanaman yang cocok untuk kegiatan restorasi. Ini karena biasanya kondisi site restorasi merupakan area yang terdegradasi, berupa lahan terbuka yang intensitas cahayanya tinggi.
Balangeran merupakan salah satu bibit andalan yang ditanam di empat site restorasi yang dikelola oleh OF-UK Indonesia dan BKSDA Kalimantan Tengah yang berada di Suaka Margasatwa Lamandau. Selain balangeran, terdapat juga bibit ubar-ubaran, perapat, pelawan, galam, beringin serta betangoran.
Kembali lagi pada balangeran, pohon ini dapat tumbuh mencapai ketinggian 20-25 meter. Diameter balangeran bisa sampai 50 cm. Jika kita lihat kulit balangeran berwarna merah tua sampai hitam. Ketebalan kulit pohon ini mencapai satu sampai dengan tiga sentimeter. Kulit balangeran memiliki alur dangkal dan tidak mengelupas.
Jika kita amati dari daunnya, bentuk daun balangeran ujungnya meruncing, pangkal daunnya membundar. Permukaan atas daun balangeran berwarna hijau mengkilap, sedangkan bagian bawahnya coklat agak keemasan. Ketika daunnya kering, warna daunnya akan berubah menjadi warna coklat.
Bibit anakan alam balangeran cenderung hidup mengelompok. Pada saat penanaman, balangeran merupakan jenis bibit yang mampu bertahan dengan cuaca yang terik. Tumbuhan ini juga mampu bertahan pada area yang miskin unsur hara. Ketahanan hidup yang merupakan salah satu karakternya, menjadikannya cocok sebagai bibit restorasi unggulan.