Bekantan (Nasalis larvatus) dinyatakan sebagai salah satu jenis satwa yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, satwa ini juga termasuk dalam kategori endangered species menurut Red List IUCN serta tercantum dalam CITES Appendix I, yaitu satwa yang secara internasional tidak boleh diperdagangkan. Bentuk hidung bekantan yang unik membuat satwa ini mudah dikenali diantara satwa primata yang lainnya. Bekantan merupakan satwa endemik Kalimantan yang suka tinggal di hutan lahan basah yaitu di hutan mangrove dan hutan rawa gambut.
Bekantan merupakan satwa yang hidup secara berkelompok. Biasanya satu kelompok terdiri dari lima sampai dengan dua puluh dua individu. Hal ini tergantung pada ketersediaan pakan di tempat bekantan tersebut tinggal.
Mengingat status konservasi satwa ini, tentu saja perlindungan terhadap bekantan menjadi hal yang penting. Sebagai salah satu cara untuk melindungi dan melestarikan bekantan, OF-UK Indonesia bersama SKW II BKSDA Kalteng mengadakan kegiatan monitoring bekantan. Kegiatan ini dilaksanakan pada 11- 15 Januari 2024. Kegiatan monitoring ini dilakukan di Sungai Teringin, Suaka Margasatwa Lamandau (SML) dengan panjang area pengamatan sejauh 15,7 Km. Pengamatan di mulai dari hulu Sungai di sekitar Pos Teringin, dan berakhir di Sungai sekitar Camp JL.
Pengamatan dilakukan pada pagi hari (06.00-08.00 WIB) sebelum bekantan memulai aktivitasnya dan pada sore hari (16.00-18.00 WIB) saat bekantan bergerak ke tepian sungai untuk beristirahat di pohon tidur. Pengamat menelusuri jalur pengamatan dengan menggunakan perahu. Saat melakukan pengamatan, pengamat menjaga jarak 50- 100 meter dari kawanan bekantan yang diamati. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan.
Pada kegiatan ini akan diperoleh data tentang titik perjumpaan langsung bekantan, jumlah seluruh individu dalam kelompok dan kelas umur bekantan. Pada pengamatan ini kelas umur dibedakan menjadi lima yaitu, jantan dewasa, betina dewasa, remaja, anak dan bayi. Selain itu juga akan diperoleh data tentang titik perjumpaan primata lain yang akan digunakan sebagai tambahan informasi data keanekaragaman hayati yang ada di SML.
Semoga populasi bekantan di SML tetap lestari dan terus bertambah!