Merealisasikan restorasi hutan di bentang alam Indonesia rasanya pantas untuk dikatakan sebagai sebuah tantangan besar. Sederhananya, restorasi merupakan langkah pemulihan hutan dengan cara mengembalikan pohon pada bekas lahan hutan yang terdegradasi. Bersama dengan Balai KSDA Kalimantan Tengah dan masyarakat sekitar, OF-UK Indonesia melakukan restorasi di area bekas terjadi kebakaran hutan dan lahan di Suaka Margasatwa Lamandau (SML).
Restorasi hutan tidaklah semudah yang ada di benak. Kita tidak hanya datang ke lahan hutan yang rusak lalu langsung menanaminya dengan bibit pohon. Dalam melakukan restorasi, ada beberapa proses yang harus dilalui dengan baik. Dari hasil wawancara bersama SPV Reforestation OF-UK Indonesia, Meydina, setidaknya ada empat langkah yang harus dilakukan saat restorasi.
- Pengumpulan Bibit
Pada tahap pertama ini, bibit berasal dari anakan alam yang dikumpulkan dari hutan sekitar kawasan SML. Anakan alam yang diambil pun tidak bisa sembarang, karena harus memenuhi beberapa kriteria yang ditetapkan. Misalnya harus merupakan jenis lokal, pioneer di kawasan, tahan api dan merupakan jenis pakan satwa khususnya orangutan.
Selain itu, anakan alam yang diambil juga harus bebas dari segala hama penyakit, masih segar, berbatang tunggal dengan tinggi minimal 30 cm dan berdaun minimal 4 helai. Pengumpulan bibit punya waktu yang terbatas, yakni saat pagi hingga siang hari. Sehingga ketika menjelang sore, bibit bisa ditransplantasikan ke media tanam.
Di tahap ini, temankOU akan melihat harmonisasi yang terjalin antara BKSDA Kalimantan Tengah dan OF-UK Indonesia dengan masyarakat. Bapak-bapak akan bergotong royong membantu proses pencarian bibit, sedangkan ibu-ibu akan membantu membabat daun-daun.
- Perawatan Bibit di Persemaian
Bibit akan dipindahkan ke persemaian saat memasuki usia 30-50 hari. Proses ini memerlukan perawatan intensif, karena sangat rentan mati. Tim restorasi harus sigap menjaga kelembaban persemaian dan rutin memantau hama serangga yang mungkin menyerang bibit muda. Untuk berjaga-jaga, tiap persemaian sudah menyiapkan cadangan bibit yang sengaja dikumpulkan untuk menggantikan bibit-bibit yang mati.
Sebagai upaya mengurangi konsumsi plastik, OF-UK Indonesia dan BKSDA Kalimantan tengah sedang berusaha tidak menggunakan polybag, melainkan ecobag yang dibuat langsung oleh warga Desa Sungai Pasir menggunakan daun nipah.
- Penanaman
Saat akan dilakukan penanaman, bibit di persemaian akan dibawa menuju lokasi tanam secara bertahap menggunakan kendaraan bak terbuka. OF-UK Indonesia dan BKSDA Kalimantan Tengan memilih empat lokasi areal restorasi, yaitu Prapat, Danau Burung, Sungai Pasir, dan Pos Vigilant Howe.
Dalam menargetkan keberhasilan penanaman, dilakukan pemilihan waktu tanam. Biasanya awal musim penghujan menjadi waktu yang tepat untuk melakukan penanaman, sehingga dipilih bulan November.
- Pemeliharaan Pasca Tanam
Setelah penanaman berhasil dilakukan, bibit tidak serta merta dibiarkan begitu saja. Perlu dilakukan pemeliharaan dengan membersihkan gulma, penggemburan tanah, pemupukan, dan penggantian bibit mati (penyulaman). Pembersihan gulma rutin dilakukan agar pertumbuhan tanaman utama tidak terganggu. Selain itu, dilakukan juga penggemburan tanah agar aerasi tanah meningkat.
Setelah penggemburan, pemupukan akan dilakukan menggunakan teknik tugal dengan membenamkan pupuk NPK di tanah sekitar tanaman. Terakhir, apabila ada bibit yang mati, kerdil, atau terkena hama penyakit, maka penyulaman akan segera dilakukan.
Restorasi hutan memang bukan hal yang mudah jika dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan sinergi yang baik dengan berbagai pihak. Untuk itu, kolaborasi antara pihak yang punya kesadaran akan pentingnya hutan akan sangat membantu proses restorasi. Kedepannya diharapkan hasil dari restorasi ini akan dijaga dan bertahan lama, agar bisa secara berkelanjutan memberi manfaat optimal bagi makhluk hidup secara keseluruhan.