World Health Organization (WHO) yang merupakan organisasi kesehatan dunia telah menetapkan corona virus disease (COVID-19) sebagai pandemi pada 11 Maret 2020. Virus yang persebarannya sangat cepat ini jelas menimbulkan kepanikan di seluruh dunia, karena banyak memakan korban. Sampai dengan Rabu (15/04) dalam situs who.int disebutkan, terkonfirmasi 1.878.489 kasus COVID-19 di 213 negara dengan jumlah kematian sebanyak 119.044 jiwa.
COVID-19 banyak membuat orang panik, karena penularannya yang sangat mudah dan cepat terjadi. Penyebarannya bisa melalui droplets (percikan cairan tubuh) yang berasal dari bersin atau batuk seseorang yang sudah terinfeksi. Mudahnya penularan COVID-19 antar manusia ini, dikhawatirkan juga akan dengan mudah menular ke satwa liar, terutama orang utan, yang notabene mempunyai 97 persen DNA mirip manusia.
“Karena miripnya DNA orang utan dengan manusia inilah yang membuat kekhawatiran, jika orang utan akan mudah tertular COVID-19,” kata Azhari Purbatrapsila selaku Manajer Reintroduksi OF-UK Indonesia. Satwa yang terkenal cerdas ini dikhawatirkan akan dengan mudah tertular COVID-19, mengingat virus ini dapat menulari dan mematikan manusia. Jika sampai menular ke orang utan, maka eksistensi orang utan yang sudah ditetapkan berstatus critically endangered oleh IUCN akan semakin terancam lagi dengan adanya virus ini.
Untuk mencegah penularan COVID-19 ke orang utan, pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah segera mengambil langkah untuk menutup Suaka Margasatwa Lamandau (SML) dari kunjungan tamu maupun untuk penelitian. Hal ini dikarenakan di SML terdapat camp pelepasliaran dan pemantauan orang utan yang dikelola oleh OF-UK Indonesia dan BKSDA Kalimantan Tengah.
Selain menutup SML dari kunjungan orang luar, Azhari juga selalu mengingatkan staf camp yang merawat dan memantau orang utan untuk lebih berhati-hati serta menjaga kebersihan personal, kandang, maupun lingkungan sekitar camp. Hal-hal yang harus dilakukan dalam rangka kewaspadaan terhadap pandemi COVID 19, maka mereka harus memakai Alat Pelindung Diri (APD), minimal masker dan sarung tangan jika akan melakukan kontak dengan orang utan, lebih rajin lagi mencuci tangan, menjaga jarak, mengurangi interaksi dengan orang utan, dan melakukan desinfektan secara rutin di lingkungan sekitar camp.
Desinfektan maupun antiseptik juga selalu tersedia di camp untuk lebih mengoptimalkan kebersihan staf dan camp. Untuk staf camp yang sakit (menunjukkan gejala klinis COVID-19) untuk sementara dilarang melakukan kontak langsung dengan orang utan dan memasuki kawasan camp. Pakan orang utan yang akan diberikan pun wajib dilakukan desinfeksi guna mencegah adanya droplets yang menempel pada pakan.
Interaksi staf camp dengan orang utan banyak dilakukan pada orang utan yang masih berusia muda yang sedang menjalani program soft-release. Hal ini dikarenakan orang utan tersebut belum bisa mandiri, masih membutuhkan pengawasan dari staf camp untuk belajar kemampuan dasar yang mereka butuhkan di alam liar. Lain halnya dengan orang utan yang sudah dilepasliarkan, mereka sudah bisa hidup mandiri tanpa pengawasan staf camp lagi.
Pada tahun 2019, OF-UK Indonesia bersama BKSDA Kalteng telah melepasliarkan delapan individu orang utan di SML yang merupakan hasil penyelamatan dari kawasan perkebunan dan pemukiman masyarakat. Sementara itu, tahun lalu juga terdapat kelahiran orang utan sebanyak dua individu di sekitar camp pelepasliaran dan pemantauan. Saat ini di SML terdapat sepuluh individu orang utan yang sedang menjalani program soft-release.
Orang utan dalam program soft-release adalah orang utan yatim piatu yang sebagian besar ex-peliharaan manusia. Selama menjadi peliharaan otomatis mereka kehilangan instingnya sebagai satwa liar. Maka dengan pengawasan staf camp, mereka diperkenalkan lagi dengan alam liar. Mereka dibiasakan untuk memanjat pohon, membuat sarang, dan mencari makan, serta berbagai kemampuan yang harus mereka kuasai sebelum benar-benar dilepasliarkan di hutan. Selama pandemi COVID-19, proses pelepasliaran orang utan yang berasal dari peliharaan masyarakat tidak diperkenankan, hal ini sesuai dengan arahan dari Direktorat Jenderal KSDAE, Kementerian LHK.
“Harimau di Kebun Binatang Bronx, New York, yang terinfeksi COVID-19 memang sudah terkonfirmasi ada dan merupakan kasus pertama yang terjadi pada satwa liar sejak pandemi COVID-19 terjadi (tambahan), tetapi untuk kasus orang utan tertular COVID-19 sampai saat ini saya belum mendengarnya. Semoga saja tidak ada ya.”tambah Azhari.
Selain SML, Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) juga ditutup untuk pengunjung. Balai Taman Nasional Tanjung Puting menutup kawasannya untuk kegiatan wisata, pendidikan dan penelitian. Upaya ini dilakukan untuk melindungi staf lapangan dan satwa liar yang ada di TNTP dari paparan COVID-19. Oleh karena itu, staf lapangan OF-UK Indonesia yang bertugas di TNTP untuk mengoperasikan stasiun penelitian serta pos jaga dan pemantauan selalu menerapkan protokol pencegahan penularan COVID-19. Semua staf harus menjaga kebersihan personal dan lingkungan dengan mencuci tangan, melakukan desinfeksi lingkungan sekitar TNTP, menggunakan perlengkapan pelindung seperti masker dan sarung tangan, serta selalu jaga jarak dengan satwa liar.